Berbahagialah Nona

Jiwa yang tidak lagi dipeluk oleh keyakinan, diri ini dingin dalam keraguan dari setiap tapak yang dia buat pada kehidupan menatih semesta. Rasa yang lepas sebelum aku miliki membuat diri ini terenyuh dalam diam, kita tak pernah untuk menjadi lebih dekat.

Nona, maaf, aku tak akan bisa untuk memperhatikanmu lagi dalam diam ku, kepeduliaan yang begitu heroik itu sudah semakin pudar, jangan salah paham dulu kepada diriku yang hina ini, aku tak menginginkannya dalam cerita yang akan dirajut. Namun, keterpaksaan yang membuat diri ini tersadar, dalam diam yang begitu kalut itu menumbuhkan pemikiran bahwa “aku harus mundur” keterasingan ini akan aku mulai nona, tak akan bisa lagi aku memberi dirimu yang bingung itu secangkir air sebelum makan, seperti hal yang biasanya aku lakukan.
Siang dengan gemericik rinai hujan membasuh bumi dengan lembutnya, jujur, aku ingin kabar yang disampaikan angin selembut air itu membelai permukaan tanah, namun salah sangka ku kala itu, angin terlalu tajam, informasi itu terlalu kejam untuk didengar oleh telinga ini.

Memang soal rasa tak pernah aku ceritakan kepada siapapun, biarlah aksara itu tertulis begitu indah dalam hatiku, pemikiran dengan skenario terbaik siap menjadi bumbu cerita yang lebih menarik, aku tau itu Tindakan yang begitu bodoh untuk seorang manusia seperti diriku. Nona, jelmaan bidadari yang tergambar dalam raut wajah mu adalah bukti kasih sayang Tuhan dan keindahan semesta yang bergerak begitu leluasanya.

Keindahan yang bergerak itu terlalu ceria setiap harinya, sang mentari mungkin iri pada sinar hangat senyummu, makanya siang ini dia merajuk sehingga memanggil hujan untuk membasuh lukanya yang sedikit terkoyak.

Mata yang memandang keindahan dunia tersebut pasti terpana dalam lamunannya, manusia selalu seperti itu bukan? Apakah itu termasuk diriku? Aku menginginkan dirimu nona, bukan sebagai pemuas mata yang jahat ini, namun untuk membuat rangkaian cerita menarik yang akan dibaca semua orang, aku ingin memberitahukan bagaimana keindahan dunia itu membuat kisah yang sangat romantis nantinya.
Aku mendengar bahwa kau sudah dipuja oleh orang lain saat ini nona, dia yang bermartabat dengan keindahan kehidupan yang begitu terjamin dalam langkah hidupnya, betapa beruntungnya dirimu nona.

Dalam lirih hati ini mengalah tanpa sebab, aku tak punya kuasa untuk melawan orang seperti pengagum dirimu yang satu ini, bisikannya kala hujan deras itu membuat hatiku terguncang, lamunan diri ini panjang menanti penyadaran, aku berakhir. Buku itu belum selesai aku tulis untuk dirimu, perpisahan yang terpaksa selalu saja meromansakan kepahitan dalam denyut perasaanku, lagi dan lagi kepahitan itu harus kutelan sekarang.

Aku sedikit lengah padamu sekarang nona, biarkanlah dia mengambil peran dalam hidup mu sekarang, semoga saja dia bisa menjaga dirimu dalam nyata adanya daripada aku menjagamu dalam diam ku kala itu, kisah air minum itu kuharap jadi cerita yang berlanjut dan tidak hanya berhenti pada gelas kosong saja.

Dedaunan kehidupan ku yang rimbun sekarang sudah saatnya untuk gugur, Terik matahari dengan lembutnya membuat daun itu berjatuhan satu persatu. Sama hal nya dengan kisah kita nona, maaf aku tak pantas menyebut keadaan ini sebagai “kita” bukan? Aku ulangi, dedaunan itu mungkin sama hal nya dengan cerita dirku ini nona.

Semesta semoga dirimu mengizinkan penghuni mu ini sedikit bersedih dalam tangisnya yang tertahan. Aku mencintaimu nona, dalam diam ku, dirimu lah manusia yang mejadi aktor utama dalam cerita yang terpaksa diselesaikan ini. Aku tak bisa merangkul dunia untuk dirimu sekarang, aku biarkan dia yang memberikannya padamu. Kita berpisah.
Perpisahan bukan berarti aku tak peduli pada dirimu sekarang, namun aku rasa kepergian dapat membuat kepahitan yang telah tertanam ini bisa sedikit tercabut. Percayalah pada diriku nona, aku pergi sebentar untuk mempersiapkan hati ku melihat dirimu bahagia, aku meminta sebentar saja untuk mereda kepahitan yang begitu pekat ini, sampai nanti bisa kubiasakan raga ku mempercayai kenyataan itu nanti.

Sekali lagi aku berkata “bahagialah” aku tau bagaimana keras kehidupan dirimu nona, pertahankan tas yang kau gendong itu tetap di pundak mu, bawalah kebahagiaan itu di dalamnya, aku tak ingin rasa duka yang kau simpan itu selalu merebak pada arah kehidupan dirimu yang akan datang. Aku juga, semoga selalu bisa tertawa, namun sepertinya akan berat bagiku nona.

Melihat wajah dirimu yang masih akan aku pandang lekat lebih kurang beberapa hari lagi membuat gelombang perasaan ini menjadi begitu pasang dalam hatiku, ombak yang menderu dengan kerasnya membuat diri ini lemah bagaikan kehidupan yang tak bermakna. Selalu bertanya diriku pada keindahan dunia itu dalam diamnya, semesta terlalu rumit merangkai setiap cerita di dalamnya. Aku mendapatkan bagian yang tidak begitu menyenangkan.

Sudah beberapa hari diri ini melihat kemesraan yang begitu ciamik antara dirimu dengan dia, termangu pada diam yang sedikit lama kala itu, senyum yang terukir ini dipahat oleh rasa ketidakberdayaan diriku. Beri aku sedikit waktu untuk beralih Tuhan, kaburkanlah pemandangan yang ada di depanku sekarang.

Tawa riang itu membuat aku mendambakan kesepian sekarang, aku memerlukan angin lembut yang dikala hujan waktu itu menyampaikan pesan yang indah, jujur, aku ingin mendengarkan kabar baik yang tersampaikan, sentuhan lembut itu selalu saja aku nantikan dalam mejadikan kehidupan ini kearah keindahan, memikirkannya saja terkadang membuat hujan di kelopak mataku turun.

Nona.

Jangan lagi kau bicarakan tentang kematian dirimu itu untuk kedepannya, aku tak tau bagaimana kehidupan yang menyedihkan itu kau lalui, namun aku rasa kehadiran dia dihidup mu mungkin jadi obat penenang untuk sementara. Aku pamit sekarang nona, berahagialah untuk sekarang.

Maaf belum bisa memberikan dirimu es krim yang begitu engkau sukai, namun aku janji akan mengirimkan file novel itu melalui media sosial mu, ambillah novel usang yang ada dikamar ini, semoga saja engkau meminta, walaupun tidak nanti akan kuserahkan sebagai hadiah terakhir sebelum perpisahan itu terjadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Celah Dalam Ruang Kesibukan

Keindahan Adalah Dirimu

Tahun Politik yang Menjengkelkan