Tahun Politik yang Menjengkelkan

                          Sc: Pinterest

Tahun politik sebentar lagi akan dimulai, persiapan dari masing-masing kubu sudah hampir selesai, strategi terbaik satu persatu sudah ditunjukkan dalam mencapai kemenangan, semua itu untuk menciptakan Indonesia kearah yang lebih baik (semoga). Perebutan kursi pemimpin pasti memiliki drama setiap saat, rasanya ada yang kurang jika hal ini tidak terjadi disetiap petarungan politik berlangsung.

Setiap drama yang digelarkan sebenarnya menjadi hal yang biasa dan normal dikalangan masyarakat, debat yang tak kunjung selesai sampai pemilihan berlangsung adalah hal rutin yang selalu disaksikan masyarakat. Namun, pada pemilihan tahun ini sepertinya banyak sekali pemeran pembantu yang menjelma sebagai tokoh utama, beredar dengan liarnya beberapa kontra naratif yang tidak bermuatan kritik akan tetapi malah menjalar kepada peruntuhan nilai yang disusun secara argumentatif.

Saya heran pada masyarakat Indonesia dikala musim politik pada saat ini. Eunthiasm dalam menyambut pesta demokrasi yang digadang-gadangkan sebagai hari dimana kebebasan memilih bagi masyarakat menjadi perang yang bersifat argumentatif. Seakan-akan mereka bermusuhan dalam lingkup organisasi sendiri yang disebut dengan masyarakat sosial.

Saya paham dan mengerti bagaimana menggebu-gebunya semua orang untuk memberikan sokongan agar calon yang dia dukung dapat memenangkan pertandingan di gelanggang pemilu nanti. Akan tetapi semua ini hanya bersifat antusiasme yang berlebihan tanpa memberikan data konkrit baik dari track record pasangan calon, ataupun analisis kritis dari visi-misi dan tujuan mereka selama masa kampanye.

Masyarakat terlalu buta melihat semua hal dari berbagai sisi, pola oposisi biner banyak dipakai oleh masyarakat sekarang tanpa mereka sadari. Pembedaan terhadap nilai dan juga objek dari apa yang disampaikan selama masa kampanye hanya mengunggulkan salah satu sbjek saja, semua rencana dan wacana yang disampaikan tersusun secara hierarkis. Dan tentu saja banyak yang menganggap asumsi ini hanyalah bacotan semata karena kebutaan mereka sehingga tidak melakukan observasi, analisis skeptis dan studi perbandingan dari berbagai bidang ilmu.

Sebenarnya tidak ada yang salah jika mendukung salah satu calon dengan begitu antusiasnya, akan tetapi kebanyakan masyarakat hanya mementingkan sebuah validasi dan eksistensi saja, hal ini tentu saja berdampak terhadap pemilihan suara nantinya. Tujuan yang sangat dangkal, dimana masyarakat hanya memperhatikan dari sudut pandang yang terlihat tanpa meragukannya dahulu, semua janji yang diberikan seakan-akan bisa terealisasikan dengan massif tanpa mempertimbangkan kemungkinan, rasio, dan juga resiko yang akan terjadi nantinya.

Eunthiasm ini akan berbahaya jika diberlangsungkan menetap dalam tubuh masyarakat, ditakutkan terjadinya fanatism yang menjalar sehingga membuat pandangan siapapun yang berbeda dengannya disebut dengan sebuah kesalahan dan penyimbangan. Jika hal ini terjadi maka akan mengkhawatirkan bagi kebebasan masyarakat yang mempunyai pilihan yang berbeda dengan yang lainnya, perasaan berkuasa dan menganggap dirinya benar sendiri akan menciptakan chaos situation yang menjengkelkan.

Saya berharap masyarakat Indonesia menjadi lebih bijak dalam menanggapi hal apapun, perbedaan pendapat dan juga pasangan calon pemimpin bukan berarti awal perkara timbulnya kekerasan dan juga intimidasi dalam lingkup organisasi masyarakat, menggait masa bukan berarti meruntuhkan orang lain, semua orang punya tujuan dan alasan tersendiri dalam memilih calon pemimpin.

Esensi kebebasan berpendapat harus lebih diutamakan, pencarian validasi agar memperjelas eksistensi calon yang didukung merupakan hal yang wajar, yang tidak wajar adalah menjatuhkan orang lain dengan cara argumentasi yang tidak berdasar, intimidasi personal, dan juga menciptakan huru-hara yang melibatkan masyarakat banyak. Siapapun berhak memimpin jika dia menang dalam pertarungan ini, landasan dan penetapan hukum yang jelaas sudah diatur, tidak ada yang harus diperdebatkan jika calon pemimpin mu kalah, karena dunia tidak bergerak dengan keinginanmu saja.

Manusia adalah makhluk yang rakus, memang. Saya juga tidak yakin jika pemilu sudah selesai semuanya akan berakhir damai tanpa adanya pertikaian, namun hal itu wajar jika semua argumentasinya berdasar dan mempunyai landasan hukum dan bukti yang kuat. Jangan sampai menciptakan bukti baru yang penuh kepalsuan hanya untuk memenangkan pilihan mu.

Politik memang kotor, dipenuhi dengan manipulasi yang menjijikan dan juga penuh dengan pertikaian. Namun, orang yang tidak mengerti politik adalah orang yang bodoh, emosi mereka terlalu mudah dipermainkan seperti boneka, jadi jika kamu marah jika hasil pemilu tidak sesuai ekpetasi, maka dirimulah orang bodoh yang sesungguhnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Celah Dalam Ruang Kesibukan

Keindahan Adalah Dirimu