Mencari Celah Dalam Ruang Kesibukan
Waktu itu tak akan bisa diulang, senyum yang terpampang indah itu tak bisa lagi bebas ditangkap oleh penglihatan mataku. Kita sudah semakin kalut dengan dunia yang menyiapkan ruang kesibukan pada diri masing-masing. Maaf jika tulisan ini terpampang dalam lemari rumah itu.
Beberapa hari yang lalu mungkin sering aku dapati berbagai macam raut wajah yang engkau buat, perpustakaan pikiranku seakan mempunyai ruangan tersendiri dalam menyimpan berbagai pahatan keindahan itu, dia tidak pernah penuh. Koleksi perpustakaan itu kini kian melambat.
Tak ada penyesalan bagiku, hanya saja hati meronta untuk meminta kembali berbagai potret wajahmu dalam bentuk apapun. Kesedihan yang membawa iba, kesenangan yang membawa senyum, kebahagiaan yang menenteng tawa, haru yang berujar tangis, kebingungan yang lucu, serta keindahan yang membawakan suka. Hati ini kering akan hal itu.
Pada kata yang tak bersuara, aku goreskan berbagai macam kata dengan bumbu yang sedikit puitis. Setidaknya biarkan diri ini diam dalam kesenangannya saat membuka kembali lemari yang penuh akan ingatan tentang dirimu. Jujur, pertemuan itu selalu aku nantikan, entah dalam suasana keramaian yang bising ataupun pada kesunyian yang tenang, aku tak peduli karena yang aku tau dirimu tetaplah indah bagaimanapun keadaannya.
Sebentar lagi pertemuan itu akan terjadi, mungkin tidak dalam keadaan yang tenang namun terjadi pada kebisingan yang menggerus mulut untuk selalu berkata. Beberapa hari ini semesta terlalu baik memberikan kemudahan pada diri ini, semoga saja dia tetap seperti itu sampai hari pertemuan itu tiba.
Aku ingin mencuri waktu, setidaknya percakapan kita mengalir dengan derasnya nanti, seperti rintihan sejarah yang terjadi tentang bagaimana kita bercerita. Suara yang mengecil ditengah keramaian dengan nada yang begitu tinggi sama sekali tidak membuat kita terganggu, aku menyukai itu. Tirai penghalang yang dibuat oleh keadaan ditengah keramaian itu semoga saja lenyap nanti, seperti biasanya.
Perasaan ini mengakar sampai kedalam, hatiku selalu saja merintih untuk membuat rasa sayang ini tumbuh dengan cepatnya, pohonku sudah ketergantungan. Namun apalah daya jikalau pertumbuhan yang cepat tidak diimbangi dengan pupuk yang bagus serta pancuran air kehidupan yang sesuai, bisa saja pada suatu masa pohon itu mempunyai masalah dalam dirinya.
Diri ini mengakui betapa jauhnya perjalan ini nanti, aku baru saja berjalan dari muara kebingungan itu kemarin, bercerita pada ketukan alat ketik yang indah bagaikan sebuah bantuan bagi diri ini dalam melangkah, jalan ini memang terlalu panjang.
Aku juga tak tau cahaya apa yang akan menungguku diseberang, apakah nanti diri ini akan tergoda pada belokan yang menghasut kepada tujuan lain? Aku tidak tau, namun jalan yang lurus ini sudah menjadi tujuan hatiku dalam menapaki perjalanan ini. Aku juga tidak akan pernah tau apakah engkau masih menunggu diujung sana ataukah nanti dirimu pergi karena mendengar tapak kaki ku yang belum juga hadir. Aku hanya tau bahwa sekarang kaki ini tidak pernah berhenti melangkah.
Aku tidak berkeluh padamu, hanya saja diri ini merindukan kehangatan yang kita alami kala itu. Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi sampai membuat hati ini tak pernah menetap dengan benar dalam diriku, dia selalu saja dibarengi dengan kebingungan sehingga kegelisahan itu menjelma menjadi hempasan yang begitu keras pada diriku, aku pernah tumbang.
Namun, gelisah dan bimbang ini sudah tak lagi ada, jujur memang obat penawar yang baik disaat hati manusia kehilangan arah. Kompas kehidupan ternyata benar adanya, buktinya aku masih disini merajut rangkaian cerita yang akan dikoleksi dalam lemari buku dalam rumah itu nanti.
Bisakah keindahan itu aku dapatkan? Tentu saja tidak ada yang tau akan jawabannya, dirimu terlalu sempurna bukan? Halangan dalam perjalanan ini juga pasti akan banyak, kurasa. Tidak ada yang kurang dalam hidupmu, keindahan itu selalu saja terpampang, mungkin matahari cemburu melihat betapa bersinarnya dirimu dalam menerangi semesta.
Terimakasih karena telah bisa menerima kehadiran bajingan ini, aku ingin merawat senyum itu agar tetap merekah bagaikan bunga mawar yang tidak akan pernah layu, biarkan diri ini menjaga setiap lekukan keindahan yang hadir dari dirimu, teruslah tersenyum karena banyak manusia yang mengerti tentang kehidupan dari indahnya senyumanmu. Termasuk aku.
Maaf, jika setiap hari akan kau temui segala macam bentuk tulisan tentang dirimu, aku tak marah jika kau memang tidak suka akan hal itu, memang hati ini terlalu egois. Pemikiran tentang keindahan itu selalu saja menghantui setiap sendi-sendi kehidupan ku yang sudah lama terdiam.
Darimu aku menemukan alasan diri ini berjalan, alasan jari jemari ini mengetik, alasan hati ini bermekaran, alasan dari senyuman tulus yang merekah, alasan dari rasa senang yang begitu sempurna, alasan pikiran ini tertuang. Namun, aku tak tau kenapa aku menyayangi dirimu, kehadiran itu selalu saja membalutkan kehangatan yang tak pernah aku tau apa itu.
Semoga nanti kita bisa lagi bertemu, aku merindukan obrolan kita yang tak berarah.
Terimakasih sudah hadir dalam ingatanku dan maaf jika terlalu banyak kutuliskan kata tentangmu.
Komentar
Posting Komentar