Orgen Adalah Hiburan Bagi Mereka yang Terjerat Kemiskinan

Terkadang saya berpikir, tentang bagaimana hiburan yang dimiliki oleh masyarakat miskin dan tertinggal. Mereka tidak mempunyai banyak uang untuk menyewa kursi untuk menikmati musik girang di dalam club malam, mereka juga tak punya cukup penghasilan untuk membeli segelas kopi di cafe terkenal untuk melepas penat, ada juga yang tidak beruntung memiliki smartphone karena tidak mencukupinya dana yang dia punya dari menyisihkan hasil gajinya.

Memang benar, bagi mereka yang sudah beristri bisa bercinta dan menggauli istrinya tatkala selesai bekerja, sebagai upaya melepas penat karena terlalu lama bermandikan peluh diluar rumah. Namun, bagi mereka yang masih melajang apakah hal seperti itu bisa dilakukan? Tentu saja tidak.

Mungkin ada alternatif lain bagi mereka yang sudah beranjak dewasa namun tinggal di daerah pedalaman atau jauh dari pusat hiburan menemukan hiburan mereka sendiri. Salah satunya adalah memenuhi undangan yang menghadirkan orgen tunggal di pesta pernikahan mereka. Sistematika hiburan yang dihadirkan juga tidak terlalu berbeda dari club malam di kota-kota besar. Dentuman suara musik yang keras walaupun agak berbeda dari club malam dengan music DJ dan remix nya, orgen tunggal malam minggu menghadirkan acara dangdutan yang meliuk-liuk.

Perbedaan yang ada bukan hanya terdapat pada musik yang diputar, namun dari segi cara menikmatinya juga berbeda. Memang, di club malam dan orgen tunggal selagi musik berdendang mereka akan berjoget, namun, di club malam jogetan yang dilakukan lebih kaku dan tegang daripada acara orgen tunggal yang lebih menekankan pada liukan tubuh, sehingga terjadinya deru ombak dari tubuh manusia itu sendiri.

Ada beberapa persamaan yang sering saya lihat ketika menyaksikan kedua fenomena itu. Ya, kehadiran minuman keras sebagai penikmat tambahan bagi jogetan yang sedang berlangsung. Pada orgen tunggal kalau jarum jam sudah berdetak di angka 11.00 malam keatas, maka kerat minuman keras akan dikeluarkan, minuman ini sudah seperti penambah stamina dan kesenangan selama musik dangdut yang dimainkan berlangsung, tentu saja ditambah sebatang rokok yang terbakar disela jemari para pria itu. Namun, tidak disetiap daerah seperti itu.

Akan tetapi, walaupun ini adalah persamaan yang paling dekat dalam perbandingan fenomena ini, masih ada perbedaan yang ikut serta di dalamnya. Yang pertama tentu saja pada jenis minuman yang dihidangkan, acara orgen tunggal biasanya hanya menghidangkan minuman keras dengan harga dibawah seratus ribu per-botol, sedangkan pada club malam harga minuman keras yang tersaji di meja bisa saja mencapai harga ratusan ribu bahkan jutaan.

Terlepas dari persamaan dan perbedaan tersebut, satu yang pasti, fenomena ini adalah cara bagi manusia untuk mencari kesenangan duniawi. Orang kota mungkin masuk ke club dan merasakan kesenangan itu dikarenakan bisa menikmati musik dan mendapatkan lawan jenis untuk mereka santuni secara seksual. Namun, masyarakat di desa yang jauh dari kata perkembangan, baik teknologi maupun ekonomi, apalagi mereka yang terjerat kemiskinan tidak akan bisa memilih tempat hiburan mana yang akan mereka masuki.

Kaum yang terjerat kemiskinan ini harus menunggu berkah dari seseorang yang sedang melanjutkan hubungan sucinya diatas bahtera rumah tangga, bahkan tidak hanya itu, disaat ada orang yang mendapatkan berkah tersebut, tidak semuanya yang akan menggelarkan acara orgen tunggal yang biasanya dilakukan pada malam minggu itu.

Saya akan kembali membahas perbedaan orgen tunggal di desa dan club malam di kota sedikit, ada satu perbedaan yang sangat mencolok pada dua fenomena ini. Di club malam, semua orang bisa menjadi biduan, baik menjadi wanita penghibur maupun pria penghibur, tentu saja alasannya adalah tampang dan harta. Bagi mereka yang tampan dan kaya mungkin bisa saya mencomot salah satu biduan yang hadir dan sedang menari dengan ketukan yang kaku itu. Namun pada orgen tunggal kita hanya akan disediakan satu atau dua orang biduan saja, kalau beruntung bisa saja menjadi tiga biduan dan yang perlu ditegaskan, biduan pada orgen tunggal bukanlah barang yang dipakai untuk kebutuhan birahi para tamunya, namun hanya pemuasan hasrat dari bentuk dan gerak tubuhnya, akan tetapi dalam club malam, bisa saja salah satu biduan menjadi alat pemuas birahi sang pria tampan dan kaya tadi.

Namun, hal ini diiringi dengan harga yang sesuai pula, karena hanya para pria berkantong tebal lah yang rela menghamburkan uang jutaan untuk memasuki ruangan berdentum kencang yang berkelap-kelip itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Celah Dalam Ruang Kesibukan

Keindahan Adalah Dirimu

Tahun Politik yang Menjengkelkan