Heran
Sedikit kesal saya saat melihat postingan yang dikeluarkan oleh BEM KM Unand 27 Februari 2023 (27/2) di laman Instagramnya, disana mereka mengadakan mimbar bebas sebagai bentuk aksi dalam mengkritisi rezim Mahyeldi-Audy yang telah berlangsung selama 2 tahun lamanya. Tindakan kritisasi tersebut tidak hanya sampai disitu saja, pihak BEM KM Unand melanjutkan perjuangan (kata) mereka dalam bentuk aksi demonstrasi di kantor Gubernur Provinsi Sumatera Barat.
Jika kita hanya menilik sampai disitu mungkin tidak ada kesalahan, malahan tindakan tersebut adalah gerakan yang bagus untuk menggait masa dalam upaya pencerdasan terkait janji Gubernur yang telah dilayangkan waktu mereka kampanye. Namun, sepertinya BEM KM Unand buta melihat rumahnya sendiri yang sedang hancur.
Cleaning Service (CS) seantero Unand pada saat ini sedang menjerit dan merenung bagaimana mereka akan melanjutkan hidupnya, gaji yang mereka idamkan tidak kunjung diberikan padahal kewajiban pekerjaan sudah ditunaikan sebagaimana mestinya. Masalah gaji CS Unand ini sudah lewat hampir sebulan tidak dibayarkan, menurut salah satu CS yang di wawancarai oleh UKM PHP Unand pada 27 Februari (27/2) bahwa batas waktu penerimaan gaji CS harus diberikan pada tanggal 5 tiap bulannya, namun sekarang sudah tanggal 28 Februari belum juga sampai ketangan para CS janji yang telah disepakati tersebut. Data ini diambil langsung dari laman web UKM PHP Unand.
Melihat keresahan ini, pihak BEM KM Unand tidak menggubris sama sekali ataupun berupaya untuk memahami keresahan yang ada di dalam rumahnya yang megah, yaitu Unand, mereka lebih suka mengkritik keburukan yang ada diluar rumahnya daripada memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada di rumah sendiri.
Menurut saya, ego sektoral lembaga mereka terlalu tinggi. Besok bertepatan dengan aksi yang dilakukan oleh BEM KM Unand, ada juga aksi dari para CS Unand untuk meminta keadilan dengan cara berdemonstrasi di Gedung Rektorat Unand. Hal ini saya pandang dengan sangat aneh, kenapa pihak BEM KM Unand tidak menurunkan sedikit ego sektoral mereka, seperti mengalihkan masa yang akan berdemo di Kantor Gubernur untuk membantu para CS yang ingin menuntut hak mereka di kantor Rektorat. Namun mereka tetap melanggengkan aksi mereka yang begitu ciamik, dengan poster terpampang berbagai Poto menteri dari beberapa kementerian di bidang pergerakan dengan drama sedang berteriak dengan Toa. Saya mencurigai ini, konsep dalam pembuatan poster yang mereka ingin layangkan kepada publik seakan-akan menyusupkan niat pergerakan dalam membela kaum marjinal dengan upaya mencari eksistensi pribadi.
Menurut saya, sejatinya pergerakan itu adalah milik bersama, tidak ada yang namanya konseptor tunggal menaungi pergerakan yang ada. Seharusnya di dalam poster yang dibuat jangan memasangkan beberapa poto orang atau manusia (beradab) di dalamnya. Jadikanlah poster pemberitahuan tersebut milik bersama jangan menjadi ajang mencari pamor kalau anda (yang di dalam poster) lah sebagai konseptor tunggal dari suatu pergerakan.
Tulisan ini saya tulis murni karena kekesalan saya dengan dinamika pergerakan yang sangat busuk menurut saya, hal ini seakan-akan dijadikan sebagai suatu habit dari lembaga yang bersangkutan tersebut. Semoga dengan tulisan ini ada sedikit orang yang setuju dengan argumentasi saya.
Jadikanlah gerakan itu murni sebagai upaya membela sesuatu hal yang memang harus dibela tanpa melibatkan ego sektoral ataupun upaya mencari eksistensi, baik seseorang ataupun eksistensi suatu lembaga.
Komentar
Posting Komentar